Rabu, 17 April 2013

Jenis dan Macam Kepemimpinan

penelitian yang dilakukan Fiedler yang dikutip oleh Prasetyo (2006) ditemukan bahwa kinerja kepemimpinan sangat tergantung pada organisasi maupun gaya kepemimpinan (p.27). Apa yang bisa dikatakan adalah bahwa pemimpin bisa efektif ke dalam situasi tertentu dan tidak efektif pada situasi yang lain. Usaha untuk meningkatkan efektifitas organisasi atau kelompok harus dimulai dari belajar, tidak hanya bagaimana melatih pemimpin secara efektif, tetapi juga membangun lingkungan organisasi dimana seorang pemimpin bisa bekerja dengan baik.Lebih lanjut menurut Prasetyo, gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Selain itu menurut Flippo (1987), gaya kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu (p.394). Menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter (2002), Lewin menyimpulkan ada tiga gaya kepemimpinan; gaya kepemimpinan autokratis, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas). Kepemimpinan merupakan masalah yang mempunyai banyak segi.  Oleh karena itu, kita dapat memandangnya dari berbagai sudut: cara pengangkatannya, keresmian kedudukannya, kemampuannya, gaya kepemimpinannya.Dari perbedaan sudut pandang itu kita dapat mengelompokkan pemimpin menjadi beberapa jenis :


1.      Pemmipin keturunan  ( Pemimpin paksaan)
 
 Seseorang dapat menjadi pemimpin dengan berbagai cara.  Ada yang karena keturunan seperti raja-raja zaman dahulu atau kiai di pesantren.  Ada yang karena dipilih menurut aturan pemilihan tertentu, seperti Presiden.  Ada yang ditunjuk oleh penguasa yang lebih tinggi, seperti kepala kantor di Indonesia.  Ada yang begitu saja tumbuh menjadi pemimpin, seperti kebanyakan pemimpin informal dalam masyarakat pedesaan.  Ada yang karena dipaksa oleh keadaan yang mendesak, seperti para tokoh kemerdekaan di pelbagai negara ketika terjadi perebutan kekuasaan.



2.     Pemimpin resmi  (pemimpin tidak resmi)
Pemimpin resmi adalah pemimpin yang menduduki kursi kepemimpinan yang termasuk dalam suatu lembaga tetap dalam masyarakat.  Presiden, menteri, gubernur, kepala desa, adalah contoh pemimpin resmi dalam megara Indonesia.  Mereka ini mempunyai nama jabatan dan tugas tanggung jawab yang sudah dirumuskan dengan tegas.  Sedangkan pemimpin tidak resmi adalah pemimpin yang tidak menduduki suatu tempat tertentu dalam kerangka struktur kemasyarakatan.  Mereka ini tidak memiliki nama jabatan serta tidak dibebani tugas dan tanggung jawab yang jelas.  Namun daya kepemimpinannya terasa dalam peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang penting.  Mereka mampu menggerakkan dan mengarahkan kegiatan sekelompok orang tertentu untuk mencapai suatu tujuan dan cita-cita bersama.
3.     Pemimpin ideologis  ( pemimpin eksemplaris)
 Kepemimpinan menyangkut tiga hal pokok: tujuan dan cita-cita, organisasi kerja, dan kepribadian.  Dalam diri seorang pemimpin ketiga hal itu harus ada.  Namun, ketiga unsur itu tidk harus memiliki kekuatan yang sama.   Ada yang disebut sebagai pemimpin ideologis.  Pemimpin jenis ini mungkin tidak ahli dalam menyusun rencana kerja dan pelaksanaannya.  Mungkin juga dia tidak memiliki pribadi yang mengesankan.  Namun, dia dianugerahi pikiran yang hidup.  Otaknya penuh dengan gagasan-gagasan yang bagus.  Dia kaya dengan visi yang tinggi-tinggi.  Dan, hebatnya lagi, dia mampu merumuskan gagasan dan visi itu secara tepat dan dapat mengkomunikasikannya kepada para pengikutnya dengan cara yang memikat.  Melalui gagasan dan visinya itu pemimpin ideologis dapat mempengaruhi dan menggerakkan para pengikutnya.  Bahayanya, pemimpin seperti ini mungkin dapat berbicara tentang hal-hal yang muluk dengan cara yang menarik, namun pada umumnya dia tidak mampu membantu para pengikutnya untuk mewujudkan gagasan-gagasan tersebut.  Pemimpin jenis ideologis ini perlu didampingi oleh pembantu-pembantu yang mampu menangkap gagasan-gagasan dan visi-visi pemimpin serta menyusun rencana kerja yang sesuai untuk mewujudkan gagasan-gagasan tersebut.
4.     Pemimpin organisatoris.
Pemimpin jenis ini mungkin hanya mempunyai pikiran-pikiran yang sederhana dan tidak fasih berbicara.  Tetapi dia pandai menggerakkan orang melalui kecakapan organisatorisnya.  Dia dapat menyusun rencana kerja yang jitu.  Dia dapat mengatur kerja sama yang efisien.  Dia dapat menolong mereka yang ada di bawah pimpinannya mengatasi kesulitan yang mereka hadapi.  Berkat kecakapan organisatorisnya, pemimpin ini berhasil menyatukan dan menggerakkan orang.  Bahayanya, pemimpin jenis ini dapat menjadi sedemikian sibuk dengan organisasi, administrasi dan hasil kongkrit yang mau dicapai bersama sehingga melupakan faktor manusia dan dimensi yang lebih luas dari tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai.  Pemimpin organisatori perlu didampingi dengan penasihat yang dapat menjadi sumber inspirasi dan yang dapat menunjukkan secara lebih luas dan mendalam segi-segi yang terkandung dalam tujuan dan cita-cita bersama itu.
5.     Pemimpin karismatik.
Pemimpin jenis ini mampu menggerakkan orang lain melalui kekuatan pribadinya.  Entah apa sebabnya, kehadirannya selalu menimbulkan pesona.  Ada yang selalu menarik pada dirinya.  Karena tertarik kepada pribadinya, orang mudah mengikutinya, mendengarkan nasihatnya dan mentaati perintahnya.  Bahayanya, karena para pengikutnya lebih tertarik kepada pribadinya daripada apa yang dikerjakannya demi tercapainya tujuan dan cita-cita bersama, usaha bersama mudah menyimpang dari tujuan semula.  Pemimpin jenis ini membutuhkan pendamping yang dapat menjadi sumber gagasan dan pengatur kerja dari usaha bersama itu.

6.     Pemimpin eksemplaris
Pemimpin jenis ini mungkin tidak memiliki gagasan-gagasan yang hebat, daya penggerak masa yang dahsyat atau daya tarik pribadi yang aduhai.  Tetapi di memiliki citra hidup yang menjadi sumber pengaruh dan penggerak yang tidak dapat diragukan.  Pemimpin ini mampu menciptakan irama dan gaya hidup yang mengesankan.  Dengan menyaksikan gaya hidup pemimpin itu, orang lain merasa tergerak, ditarik dan dibuat semangat, bukan menuju ke pribadi pemimpin itu melainkan kepada nilai yang dihayatinya dan cita-cita yang melandasi hidupnya.  Dengan praktek hidupnya, diam-diam orang itu mengajak orang lain untuk menghayati dan mengejar nilai dan cita-cita hidup yang bukan sembarangan.  Dengan teladan hidupnya, dia menjadi sumber dorongan dan semangat bagi orang-orang lain.  Pemimpin eksemplaris, pemimpin teladan, memimpin orang lain dengan hidupnya sendiri. 
Idealnya, setiap pemimpin harus memiliki keempat ciri itu.  Setiap pemimpin harus mampu mempersatukan keempat jenis kepemimpinan itu dalam dirinya.  Tetapi, dalam kenyataannya, hal yang ideal itu belum tentu dapat terpenuhi.  Oleh karena itu, apapun jenis seorang pemimpin, dia harus menyadari kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya.  Dia harus memanfaatkan apa yang baik dalam dirinya demi tujuan dan cita-cita bersama.  Namun sementara itu, dia harus sadar akan kekurangannya dan harus melengkapi apa yang kurang dalam dirinya itu. 
7.     Pemimpin otokratis ( pemimpin demokratis)
Agar dapat menjalankan tugasnya setiap pemimpin diberi wewenang atau kekuasaan.  Berdasarkan wewenang itu seorang pemimpin dapat membimbing, mengantar, mengarahkan, menyatukan dan menggerakkan para pengikutnya menuju ke tujuan dan cita-cita bersama.  Perbedaan cara penggunaan wewenang ini menciptakan gaya kepemimpinan yang berlainan.  Pada dasarnya, kita mengenal tiga gaya kepemimpinan: gaya otokratis, liberal,  dan  demokratis.

 
SUMBER : AKADEMI PIMPINAN PERUSAHAAN JAKARTA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar